Senin, 16 Januari 2012

Laporan Bulk Density

 I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanah merupakan sesuatu yang unik dan spesifik untuk mengenal dan mempelajari perlu dibutuhkan pemilihan bagian-bagian agar lebih muda dan praktis. Salah satu bagian yang cukup penting adalah massa tanah atau biasa disebut juga dengan Bulk Density. Massa tanah atau biasa juga disebut berat tanah dapat dinyatakan dalam dua cara yaitu berat jenis butiran tanah, berat isi yaitu berat suatu volume tanah dalam keadaan struktur alamiah.
Besar jenis tanah suatu massa (unit massa) tanah yang seharusnya dinyatakan gr/cm3. Volume tanah ini termasuk butiran padat dan pori-pori tanah diantara partikel tanah.  Besar ini berguna untuk menghitung berat tanah dilapangan. Besar isi ditentukan oleh porositas dan padatan tanah. Tanah yang renggang dan pori-porinya mempunyai bobot yang kecil persatuan volume. Tanah bertekstur halus mempunyai porositas yang tinggi dan besar isi lebih mudah daripada tanah berpasir. Tanah yang lebih padat memiliki berat isi lebih besar dibandingkan tanah yang sama, tetapi kurang padat.
Salah satu komponen sifat fisik ini adalah kerapatan massa Bulk density. Kerapatan massa adalah perbandingan antara berat tanah dengan volume tanah termasuk ruang pori di dalam tanah. Pentingnya mempelajarinya kerapatan massa tanah adalah karena berhubungan dengan porositas tanah, permeabilitas tanah dan komponen-komponen sifat fisik tanah lainnya.
Berat tanah ditentukan oleh porositas tanah dan padatan tanah yang renggang pori-pori mempunyai bobot kecil persatuan volume yang padat dan berbobot tinggi persatuan volume. Bahan organik memperkecil berat isi tanah karena bahan organik jauh lebih ringan dari pada mineral, dan bahan organik dapat memperbesar nilai Bulk density tanah.
Nilai bulk density tanah dapat menggambarkan tekstur, struktur, lapisan pada tanah, pengelolaan tanah, pengaruh sifat fisik tanah tersebut pada pertumbuhan tanaman dapat dinilai dari kaitan pertumbuhan tanaman dengan isi tanah.
Nilai Bulk density perlu diketahui untuk menghitung berat tanah dilapangan juga untuk menentukan jenis usaha tanah yang sesuai pada bahan-bahan yang akan diolah. Hal ini disebabkan karena Bulk density dipengaruhi oleh tekstur tanah, struktur tanah, jumlah air dan sifat lainnya. Di lain pihak, semua sifat-sifat tanah akan berkaitan dengan model suatu konservasi dan pengolahan tanah yang sesuai.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka dianggap perlu untuk mengadakan pratikum  Bulk  density agar  kita  dapat  memilih  dan  mengetahui  media  tumbuh  untuk tanaman yang akan dibudidayakan.

1.2. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan diadakannya pratikum Bulk density adalah untuk mengetahui berat jenis atau bulk density tanah serta pengaruhnya terhadap produktivitas tanaman. Kegunaannya dalah untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang keadaan bulk density tanah serta pengaruhnya terhadap produktivitas tanaman.


II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bulk Density
Bulk density (berat jenis suatu tanah) adalah besar massa tanah persatuan  volume, termasuk butiran padat dan ruang pori, umumnya dinyatakan dalam gr/cm3. Sedangkan bentuk density adalah berat suatu massa tanah persatuan volume tanpa pori-pori tanah dengan gr/cm3. Sampel tanah yang diambil untuk menentukan berat jenis pasir halus diambil dengan hati-hati dari dalam tanah. Demikian pula halnya dengan berat per satuan volumenya. Bulk density ditentukan dengan mengukur massa tanah di udara dan massa air. Sedangkan absorpsi air dalam tanah didrasi dengan selaput parafin (Pairunan,1985).
Tanah yang lepas dan berkumpul akan mempunyai berat persatuan volume yang mudah dan tanah yang lebih tinggi kerapatan massanya. Butiran-butiran pasir letaknya cenderung untuk erat satu sama lainnya. Kandungan bahan-bahan organik rendah dari tanah berpasir dan mempertinggi kerapatan massa, sebaliknya butir-butir tanah yang permukaannya halus, mempunyai letak yang tidak begitu erat satu sama lainnya. Hal ini akibat kenyataan bahwa permukaan tanah relatif berbutir-butir (Buckman dan Brandy, 1982).
Tanah-tanah organik memiliki nilai kerapatan isi yang sangat rendah di bandingkan dengan tanah mineral. Hal ini ditentukan atau tergantung dari sifat-sifat bahan organik yang menyusun tanah organik itu dan kandungan isi tanah itu berkisar antara 0,1 – 0,9 gr/cm3 (Hakim, 1986).

Tanah lebih padat mempunyai Bulk density yang lebih besar dari pada tanah mineral bagian atas mempunyai kandungan Bulk Density yang lebih rendah dibandingkan tanah dibawahnya. Bulk density di lapangan tersusun atas tanah-tanah mineral yang umumnya berkisar 1,0 -1,6 gr/cm3. Tanah organik memiliki nilai Bulk density yang lebih mudah, misalnya dapat mencapai 0,1 gr/cm3 – 0,9 gr/cm3  pada bahan organik. Bulk density atau kerapatan massa tanah banyak mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti porositas, kekuatan, daya dukung, kemampuan tanah menyimpan air drainase, dll. Sifat fisik tanah ini banyak bersangkutan dengan penggunaan tanah dalam berbagai keadaan (Hardjowigeno, 2003).
            Massa jenis padatan tanah adalah perbandingan antara massa kepadatan terhadap volume padatannya sendiri. Pengukuran dilakukan selama 24 jam dengan suhu mutlak 105oC atau antara 100 -110oC. Persyaratan suhu dan waktu serta kadar air tanah dinggap nol dan mutlak tidak akan berubah. Bulk density pada lapisan A tanah-tanah mineral umumnya berkisar antara 1,2 – 1,6 gram/cm3. Tanah organik mempunyai Bulk density yang rendah hanya dapat mencapai 0,1 gram/cm3 pada bahan organiknya. Bulk density penting bagi kebutuhan pupuk atau pada tiap hektar  tanah yang dipengaruhi tanah perhektar. Kerapatan massa pada berbagai horizon pada tanah lempung memperlihatkan bahwa horizon C (bahan induk) merupakan lapisan terpadat mempunyai kerapatan massa 1,7 gram/cm3. pembentukan struktur selama perkembangan tanah menyebabkan horizon-horizon dibagian atas mempunyai kerapatan massa lebih rendah dibandingkan bahan induk aslinya (Foth, 1989).
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi bulk density
Bulk density dipengaruhi oleh padatan tanah, pori-pori tanah,  struktur, tekstur, ketersediaan bahan organik, serta pengolahan tanah sehingga dapat dengan cepat berubah akibat pengolahan tanah dan praktek budidaya (Hardjowigeno, 2003). Bahan organik lebih ringan daripada bahan mineral. Disamping itu bahan organik akan memperbesar pori tanah. Nilai Bulk density akan lebih rendah bahan organik penyusun tanah tinggi karena bahan organik dapat memperkecil berat (S) tanah dan dapat memperbesar porositas tanah serta memiliki berat yang kecil dibanding dengan bahan mineral. Tanah dengan nilai bulk density yang kecil baik untuk lahan pertanian sebab Bulk density yang kecil bahan organik yang dikandungnya akan semakin besar sehingga akan menyebabkan aerasi dalam tanah tersebut menjadi lebih baik. Tanah yang memiliki Bulk density tinggi atau besar mempunyai kandungan bahan mineral yang banyak, namun porositasnya rendah karena semakin tinggi nilai Bulk densitynya maka porositasnya akan berkurang (Pairunan, 1985).
            Selain itu faktor lain yang mempengaruhi nilai bulk density adalah struktur tanah, dimana tanah yang memiliki struktur yang halus maka meiliki nilai bulk density yang rendah. Semakin masuk ke dalam profil tanah, kerapatan massa tanah semakin naik. Tampaknya ini akibat dari kandungan bahan organik yang rendah dan penimbunan alat serta pemadatan yang disebabkan oleh berat lapisan atasnya (Sutedjo, 1987).




2.3 Hubungan Bulk Density dengan produktivitas tanaman
Bulk density merupakan petunjuk kerapatan tanah. Makin padat suatu tanah makin tinggi bulk densitynya, yang berarti makin sulit meneruskan air atau di tembus akar tanaman. Bulk density penting untuk menghitung kebutuhan pupuk atau air untuk tiap-tiap hektar tanah, yang di dasarkan pada berat tanah per hektar. Untuk memudahkan perhitungan berat tanah 1 hektar sering dianggap sama dengan 2.000.000 kg (Hardjowigeno, 1992).
Tanah lebih padat mempunyai Bulk density yang lebih besar dari pada tanah mineral bagian atas mempunyai kandungan Bulk Density yang lebih rendah dibandingkan tanah dibawahnya. Bulk density di lapangan tersusun atas tanah-tanah mineral yang umumnya berkisar 1,0 -1,6 gr/cm3. Tanah organik memiliki nilai Bulk density yang lebih mudah, misalnya dapat mencapai 0,1 gr/cm3 – 0,9 gr/cm3 pada bahan organik. Bulk density atau kerapatan massa tanah banyak mempengaruhi sifat fisik tanah, seperti porositas, kekuatan, daya dukung, kemampuan tanah menyimpan air drainase, dll. Sifat fisik tanah ini banyak bersangkutan dengan penggunaan tanah dalam berbagai keadaan (Hardjowigeno, 2003).
Antara berat jenis butiran, kerapatan isi dan porositas terdapat hubungan proporsi fase padat = kerapatan isi\berat jenis butiran porositas = 1- kerapatan isi/berat jenis butiran. Untuk setiap kelas tekstur berat isi menggambarkan keadaan struktur dan porositas tanah. Pengaruh sifat-sifat fisik tanah tersebut pada pertumbuhan tanaman dapat dinilai atau ditentukan dari kaitan pertumbuhan (Pairunan, 1985).
III. METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Bulk density dilaksanakan pada hari Jumat, 04 November 2011, di laboratorium Kimia tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin Makassar.

3.2. Alat dan Bahan
Alat-alat  yang  digunakan  dalam  pratikum Bulk density adalah ring sampel, oven, timbangan dan mistar. Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sampel tanah utuh yang telah diovenkan.

3.3. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dari percobaan ini sebagai berikut :
·      Contoh tanah dari pengamatan profil yaitu contah tanah utuh yang diambil dengan ring sampel, dimasukkan ke dalam oven 2 hari sebelum pratikum.
·      Setelah diovenkan, contoh tanah tadi dimasukkan dalam desikator untuk didinginkan kemudian ditimbang tanah beserta ring sampelnya. Selanjutnya keluarkan tanahnya kemudian timbang ring sampelnya.
·      Hitung Bulk density dengan persamaan :
BD                 = Berat tanah kering oven gr/cm3
                  Volume tanah
Keterangan :
Volume tanah = p r2 t

T    = tinggi ring sampel (cm)
r     = jari-jari (cm)
p    = 3,14




















IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1       Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh nilai Bulk Density sebagai berikut :
Tabel 4 : Hasil Perhitungan Nilai Bulk Density
Sampel tanah
Bulk Density
Lapisan I
1,52 gr/cm3
Sumber: Data  Setelah Diolah, 2011
4.2       Pembahasan
Berdasarkan hasil praktikum, maka diperoleh nilai bulk density pada sebesar 1,52 gr/cm3. Tanah ini tergolong tanah mineral karena berada pada interval 1-1,6 gr/cm3. Tanah ini memiliki kandungan liat yang tinggi, dan berpori mikro sehingga kemampuan menyimpan air lebih besar. Tanah-tanah yang bertekstur liat memiliki kondisi tanah yang lebih halus, sehingga setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar dan kemampuan menahan air serta menyediakan unsur hara yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003) yang menyatakan bahwa tekstur tanah liat memiliki sifat yang lekat ketika basah dan ketika kering menjadi keras dengan interval 1-1,6 gr/cm3.
            Selain itu, nilai Bulk Density disebabkan oleh kandungan bahan organik yang lebih tinggi di lapisan atasnya dan memiliki pori-pori yang renggang. Tanah yang renggang pori-pori mempunyai bobot yang kecil persatuan volume dan tanah padat memiliki bobot tinggi persatuan volume. Berat isi ditentukan oleh padatan tanah dan porositas. Padatan tanah sangat berpengaruh, dimana tanah yang lebih padat mempunyai nilai bulk density yang lebih besar daripada tanah yang kurang padat. Hal ini sesuai dengan pendapat Pairunan (1985) yang menyatakan bahwa porositas berpengaruh dalam menentukan nilai bulk density tanah, apabila pori-pori tanah besar atau tinggi maka nilai bulk density kecil.
           



















V.  KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah diamati, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.         Tanah tersebut memilki nilai bulk density sebesar 1,52 gr/cm3.
2.         Nilai Bulk density dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya padatan tanah, pori-pori tanah,  struktur, tekstur, ketersediaan bahan organik, serta pengolahan tanah.

5.2 Saran
Sebaiknya tanah yang memiliki Bulk Density tinggi dapat dijadikan sebagai lahan Pertanian karena memgandung bahan organik yang tinggi, sehingga aerasi dalam tanah menjadi lebih baik.










DAFTAR PUSTAKA
Buckman, H. O. dan N. C. Brady., 1982. Ilmu Tanah. Bhatara Karya Angkasa, Jakarta.

Foth H.D., 1989. Dasar‑Dasar llmu Tanah. Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.
Hakim, 1986. Dasar‑dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.

Hardjowigeno, S., 1992.  Ilmu Tanah.  Mediyatama Sarana Perkasa, Jakarta.

Hardjowigeno,S. 2003. Ilmu Tanah. PT. Medyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
Pairunan A, Nenere JL, Arifin, Samosis S.S.R, Tangkai Sari R, Lalopus JR, Ibrahim B, Asmadi H, 1985. Dasar‑Dasar Ilmu Tanah. Badan kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Timur, Makassar.
Sutedjo, MM dan AG Karta Saputra. 1987. Pengantar Ilmu Tanah. Bina Aksara: Jakarta.















LAMPIRAN
Perhitungan Bulk Density :
Dik: Berat tanah kering oven    = 400 gr
Tinggi ring                         = 8 cm
Jari-jari ring sampel           = 2,75 cm
Berat ring sampel              = 108,4 gram
Dit:   Bulk Density (BD)....?
Peny:  Volume Tanah = pr2t
                                    = 3,14.(2,75)2.8
                                    = 3,14 x 7,6 x 8
                                    = 190,912
 BD     =  gr/cm3
             BD     =   gr/cm3
      = 1,52 gr/cm3






Contoh Laporan Tekstur Tanah

I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
                 Sifat fisik tanah mempunyai banyak kemungkinan untuk dapat digunakan sesuai dengan kemampuan yang dibebankan kepadanya. Kemampuan untuk menjadi lebih keras dan menyangga kapasitas drainase, menyimpan air, plastisitas, mudah untuk ditembus akar, aerase dan kemampuan untuk menahan retensi unsur-unsur hara tanaman. Semuanya erat hubungannya dengan kondisi fisik tanah. Salah satu sifat fisik tanah yang terpenting adalah tekstur tanah. .
                 Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah (Badan Pertanahan Nasional). dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 - 0.05 mm, debu dengan ukuran 0.05 - 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm (penggolongan berdasarkan USDA). keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap keadaan sifat-sifat tanah yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas dan lain-lain  (Anonim I, 2009).
                 Butir-butir yang paling kecil adalah butir liat, diikuti oleh butir debu (silt), pasir, dan kerikil. Selain itu, ada juga tanah yang terdiri dari batu-batu. Tekstur tanah dikatakan baik apabila komposisi antara pasir, debu dan liatnya hampir seimbang. Tanah seperti ini disebut tanah lempung. Semakin halus butir-butir tanah (semakin banyak butir liatnya), maka semakin kuat tanah tersebut memegang air dan unsur hara. Tanah yang kandungan liatnya terlalu tinggi akan sulit diolah, apalagi bila tanah tersebut basah maka akan menjadi lengket. Tanah jenis ini akan sulit melewatkan air sehingga bila tanahnya datar akan cenderung tergenang dan pada tanah berlereng erosinya akan tinggi. Tanah dengan butir-butir yang terlalu kasar (pasir) tidak dapat menahan air dan unsur hara. Dengan demikian tanaman yang tumbuh pada tanah jenis ini mudah mengalami kekeringan dan kekurangan hara.
                 Dalam klasifikasi tanah (taksonomi tanah) tingkat famili, kasar halusnya tanah ditunjukkan dalam sebaran besar butir (particle size distribution) yang merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah dengan memperhatikan pula fraksi tanah yang lebih besar / kasar dari pasar.Berdasarkan uraian diatas maka praktikum penetapan tekstur tanah perlu diadakan untuk mengetahui jenis tekstur tanah pada lapisan I, II, dan III pada tanah Alfisol.
I.2. TUJUAN DAN KEGUNAAN
                 Tujuan percobaan tekstur tanah adalah untuk mengetahui kelas tekstur tanah lapisan I, II dan III pada tanah Alfisol serta faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya tekstur tersebut.
                 Kegunaan percobaan ini adalah untuk menambah pengetahuan tentang tekstur dan kaitannya dengan usaha pengelolaan tanah pertanian.




II. TINJAUAN PUSTAKA
                  Tanah merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks terdiri dari tiga fase yakni bahan-bahan padat, cair dan gas. Fase padat hampir menempati 50 % volume tanah sebagian besar terdiri dari bahan mineral dan sebagian lainnya adalah bahan organik. Sisa volume selebihnya merupakan ruang pori yang ditempati sebagian oleh fase cair dan fase gas yang perbandingannya dapat bervariasi menurut musim dan pengelolaan tanah.. Tanah berfungsi sebagai tempat tumbuhnya tanaman yang menangkap sinar matahari.. Di samping itu kebanyakan unsur-unsur dalam usaha memelihara kehidupan berada pada siklus yang lebih berat ke tanah dalam hubungan ini tanah menyediakan lingkungan yang cocok untuk terlaksananya pelapukan bahan-bahan mati dengan cukup cepat melalui aktivitas mikroorganisme terhadap senyawa-senyawa dasar untuk dapat segera menyusul memasuki kembali siklus, terutama melalui vegetasi (Anonim I, 2009).
      Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang terkandung pada tanah (Badan Pertanahan Nasional). dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 - 0.05 mm, debu dengan ukuran 0.05 - 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm (penggolongan berdasarkan USDA). keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap keadaan sifat-sifat tanah yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas dan lain-lain (Anonim I, 2009).
                  Tekstur tanah diartikan sebagai proporsi pasir, debu dan liat. Partikel ukuran lebih dari 2 mm, bahan organik dan agen perekat seperti kalsium  karbonate harus dihilangkan sebelum menentukan tekstur. Tanah bertekstur sama misal geluh berdebu mempunyai sifat fisika dan kimia yang hampir sama dengan syarat mineralogi liat . Tekstur tanah ditentukan di lapangan dengan cara melihat gejala konsistensi dan rasa perabaan menurut bagan alir dan di laboratorium dengan metode pipet atau metode hydrometer. Tekstur tanah menentukan tata air, tata udara, kemudahan pengolahan dan struktur tanah Sifat kimia, fisika dan mineralogi partikel tanah tergantung pada ukuran partikelnya. Semakin kecil ukuran partikel maka luas permukaannya semakin besar. Jadi, luas permukaan fraksi liat > fraksi debu > fraksi pasir       ( Anonim I, 2009 ).
                  Tanah memiliki beberapa ukuran fraksi tanah Menurut Sistem Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), yaitu (Anonim II, 2007) :
·         Pasir sangat kasar (Very coarse sand) dengan diameter 2,00 – 1,00 mm
·         Pasir kasar (Coarse sand), diameter fraksi  1,00 – 0,50 mm
·         Pasir sedang (medium sand), diameter fraksi 0,50 – 0,25 mm
·         Pasir halus (fine sand),diameter fraksi 0,25 – 0,10 mm
·         Pasir sangat halus (very fine sand),diameter fraksi 0,10 – 0,05 mm
·         Debu (silt), diameter fraksi  0,05 – 0,002 mm
·         Liat (Clay), diameter fraksi  Kurang dari 0,002 mm
                  Untuk menentukan rentang ukuran partikel tanah yang biasanya dinyatakan dalam prosentase dari berat kering total dilakukan analisis secara mekanis (mechanical analysis). Ada dua metode yang umum digunakan untuk memberikan informasi ukuran partikel tanah, yaitu : (1) analisis saringan (sieving analysis), dan (2) analisis pengendapan (sedimentation atau hydrometer analysis). Analisis saringan biasanya digunakan untuk tanah berbutir kasar, sedangkan prosedur pengendapan digunakan untuk analisis tanah berbutir halus(Anonim II, 2007).
                  Segitiga Tekstur Menurut USDA dapat diperlihatkan seperti gambar berikut (Anonim II, 2007) :
Keterangan
1.      Liat (Clay)
2.      Liat Berdebu (Silty Clay)
3.      Liat Berpasir (Sandy Clay)
4.      Lempung Liat berdebu (silty Clat Loam)
5.      Lempung berliat (Clay Loam)
6.      Lempung (loam)
7.      Lempung liat berpasir (sandy clay loam)
8.      Lempung berpasir (sandy lam)
9.      Lempung berapasir (sandy loam)
10.  Debu (silt)
11.  Pasir Berlempung (loamy sang)
12.  Pasir (sand)

                  Tanah Alfisol memiliki tekstur tanah yang liat. Liat tertimbun di horizon bawah. Ini berasal dari horizon di atasnya dan tercuci ke bawah bersama dengan gerakan air. Dalam banyak pola Alfisol digambarkan adanya perubahan tekstur yang sangat pendek di kenal dalam taksonomi tanah sebagai Ablup Tekstural Change atau perubahan tekstur yang sangat ekstrim. (Foth, 1998).
                 Partikel tanah liat pada lapisan Alfisol digerakkan oleh air yang meresap dari horizon A dan disimpan pada horizon B. Hasilnya adalah polipodeon dengan horizon-horizon yang mempunyai tekstur yang berbeda. Macam pita yang terbentuk berhubungan dengan kandungan liat dan digunakan untuk menggolongkan tanah sebagai lempung, lempung liat atau tanah liat. (Poerwowidodo, 1991).
                 Alfisol adalah tanah-tanah dimana terdapat penimbunan liat di horizon bawah (horizon argilik) dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35 % pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Bila kejenuhan basa sangat tinggi maka makin ke bawah jumlahnya konstan, sedang bila pada horizon Argilik kadarnya tidak tinggi maka jumlahnya harus bertambah makin ke horizon bawah. Tanah ini tidak memiliki epipedon molik, oxik, ataupun horizon spodik. Juga termasuk pada tanah Alfisol adalah tanah-tanah yang kejenuhan basanya kurang 35 % tetapi pada horizon Argilik dipadatan lidah-lidah horizon albik dan kejenuhan basa bertambah makin ke horizon bawah. (Hakim, 1986).

















III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. WAKTU DAN TEMPAT
               Percobaan Penentuan tekstur tanah dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 15 Oktober 2009, pukul 11.00 WITA , di Laboratorium Fisika Tanah, Jurusan Ilmu Tanah Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin Makassar.

3.2. ALAT DAN BAHAN
              Alat yang digunakan pada percobaan adalah botol tekstur, mesin pengocok, cawan petri, desikator, silinder sedimentasi, botol semprot, saringan 0,05 mm, Hydrometer, dan oven. Bahan yang digunakan pada percobaan yaitu sampel tanah terganggu (tanah Alfisol), larutan calgon, aquades, amyl Alkohol, plastik, dan karet gelang.

3.3. PROSEDUR KERJA
1.      Menimbang 20 gram sampel tanah terganggu (tanah Alfisol).
2.      Masukkan ke dalam botol tekstur dan menambahkan 10 ml larutan calgon 0.05 % dan aquades secukupnya.
3.      Tutup dengan plastic, kemudian kocok dengan mesin pengocok selama 15 menit.
4.      Tuangkan secara kualitatif semua isinya ke dalam silinder sedimentasi 500 ml yang diatasnya dipasang saringan dengan diameter lubang sebesar 0.05 mm dan bersihkan botol tekstur dengan bantuan botol semprot.
5.      Semprot dengan botol semprot sambil diaduk-aduk semua suspense yang masih tinggal pada saringan sehingga semua partikel debu dan liat telah turun (air saringan telah jernih).
6.      Pasir yang tertinggal dipindahkan ke dalam cawan dengan pertolongan botol semprot kemudian memasukkan dalam desikator dan timbang hingga berat pasir diketahui (catat sebagai C gram).
7.      Cukupkan larutan suspense dalam sislinder sedimentasi dengan air destilasi hingga 500 ml.
8.      Angkat silinder sedimentasi, sumbat baik-baik dengan karet lalu kocok dengan membolak-balik tegak lurus 180o sebanyak 20 kali, atau dapat juga dilakukan dengan memasukkan pengocok ke dalam silinger sedimentasi lalu aduk naik turun selama satu menit.
9.      Dengan cepat tuangkan amyl alkohol ke permukaan suspense untuk menghilangkan gangguan buih yang mungkin timbul.
10.  Setelah 15 detik, masukkan Hydrometer ke dalam suspense dengan hati-hati agar suspense tidak banyak terganggu.
11.  Setelah 40 detik, baca dan catat pembacaan hydrometer pertama (H1) dan suhu suspense (t1).
12.  Dengan hati-hati keluarkan Hydrometer dari suspense.
13.  Setelah 8 jam, masukkan hydrometer dan catat pembacaan hydrometer kedua (H2) dan suhu suspense (T2).

14.  Hitung berat debu dan liat dengan menggunakan persamaan di bawah ini  :
Berat debu dan liat   =    
Berat liat  =  
Berat Debu  =  Berat Debu dan Liat – Berat Liat.
15.  Hitung persentase pasir, debu, dan liat dengan persamaan :
% Pasir =   
% Debu =  
% Liat   =    
16.  Masukkan nilai yang didapat ke dalam segitiga tekstur.










IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL
                 Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diperoleh persentase jenis tanah pada tabel berikut :
JENIS TANAH
LAPISAN
PERSENTASE
JENIS TEKSTUR
PASIR
DEBU
LIAT
ALFISOL
I
7.2 %
12.4 %
80.4 %
LIAT
II
5.4 %
11.4 %
74.2 %
LIAT
VERTISOL GRUMOSOL

 8.6 %
21.9 %
69.5 %
LIAT
Sumber : Data primer setelah diolah, Tekstur Tanah, 2009.

4.2. PEMBAHASAN
                  Berdasarkan hasil perhitungan data yang diperoleh, tanah Alfisol pada lapisan I  diperoleh persentase pasir 7.2 %, debu 12.4 %, liat 80.4 %. Bahwa tanah pada lapisan ini termasuk tekstur liat, hal ini terjadi karena persentase liatnya yang lebih besar. Hal ini sesuai dengan pendapat Foth (1998), bahwa apabila persentase kejenuhan suatu tanah lebih dari 50 % maka tanah tesebut masuk dalam tekstur liat dan juga disebabkan oleh tingkat pelapukan yang terjadi pada masing-masing lapisan relatif besar dan kemampuan mengikat air sangat tinggi. Pada lapisan II  diperoleh persentase pasir 5.4 %, debu 11.4 %, liat 74.2 %. Persentase tertinggi adalah fraksi liat. Hal ini terjadi karena pada lapisan II mendapat aliran partikel liat dari horizon A (top soil) atau lapisan I  yang digerakkan oleh air kemudian disimpan pada lapisan II ini.
                  Hal ini sesuai dengan pendapat Poerwowidodo (1991) bahwa partikel tanah liat pada lapisan Alfisol digerakkan oleh air yang meresap dari horizon A dan disimpan pada horizon B. Hasilnya adalah terbentuk horizon-horizon yang mempunyai tekstur yang berbeda. Macam pita yang terbentuk berhubungan dengan kandungan liat dan digunakan untuk menggolongkan tanah sebagai lempung, lempung liat atau tanah liat.
                   Data yang diperoleh pada penentuan tanah Ventrisol Grumosol yaitu 8.6 % pasir, 21.9 % Debu, dan 69.5 % liat. Tanah ini termasuk tekstur liat, hal ini terjadi karena persentase liatnya yang lebih besar. dari 50 % maka tanah tesebut masuk dalam tekstur liat dan juga disebabkan oleh tingkat pelapukan yang dialami bagian –bagian tanah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Darmawijaya (1990) bahwa perbedaan persentase penyusun suatu tanah dipengaruhi oleh kemampuan penyusun tanah mengikat air yang tinggi.








V. PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1.      Pada tanah Alfisol, lapisan I persentase pasir 7.2 %, debu 12.4 %, liat 80.4 % sehingga termasuk tekstur tanah Liat dan pada lapisan II persentase pasir 5.4 %, debu 11.4 %, liat 74.2%, termasuk dalam tekstur Liat.
2.      Pada tanah Ventrisol Grumosol, diperoleh persentase pasir 8.6 %, debu 21.9 % , dan liat 69.5 %. Tanah ini termasuk dalam tekstur liat.
3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi kelas tekstur tanah adalah kemampuan tanah memegang dan menyimpan air, aerasi, serta permeabilitas, kapasitas tukar kation dan kesuburan tanah.

5.2. SARAN
                 Sebaiknya dalam memilih lahan untuk pertanian diperhatikan masalah tekstur tanah karena mempengaruhi kandungan bahan organik atau unsur hara yang diperlukan untuk tumbuhan serta kemampuannya menyimpan air dan aerasi.







DAFTAR PUSTAKA
Anonim I, 2009. Tekstur Tanah. http:// www.wordpress.com/tekstur_tanah_pert/.                             Diakses Hari Sabtu, tanggal 17 Oktober 2009.
Anonim II, 2007. Morgologi Tanah. http://www. dunia_tanah.com/morfologi/.                                Diakses hari Sabtu, tanggal 17 Oktober 2009.
Darmawijaya, 1990. Klasifikasi Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Ford, H. D.,1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada university Press.                                    Yogyakarta.
Poerwowidodo, 1991. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Perguruan Tinggi Negeri                                       Indonesia Timur. Makassar.













LAMPIRAN

·         Tanah Alfisol Lapisan I

            H1 = 8
            H2 = 17
            t1 = 29O C
            t2 = 28O C
            c = 0.38 gram

a.       Berat debu dan liat   =  
=  
 ………………….(a)
b.      Berat liat  =  
=  
=  
=  
= 4.73  
= 4.23………………….(b)
c.       Berat Debu  =  Berat Debu dan Liat – Berat Liat.
=  4.88– 4.23
=  0.65………………..(a – b)


            % Pasir =   
=   
=   
7.2 %
% Debu
=  0.124 * 100 %
=   12.4  %
% Liat   =    
=    
=    
=     
80.4 %
·         Tanah Alfisol Lapisan II

            H1 = 9
            H2 = 8
            t1 = 29O C
            t2 = 28O C
            c = 0.31 gram



a.       Berat debu dan liat   =  
=  
 ………………….(a)
b.      Berat liat  =  
=  
=  
=  
= 5.23  
= 4.73………………….(b)
c.       Berat Debu  =  Berat Debu dan Liat – Berat Liat.
=  5.38 – 4.73
0.65………………..(a – b)

            % Pasir =   
=   
=   
5.4  %

% Debu
=  0.114 * 100 %
=   11.4 %
% Liat   =    
=    
=    
=     
74.2  %


·         Tanah Ventrisol - Grumosol

            H1 = 12
            H2 = 9
            t1 = 29O C
            t2 = 28O C
            c = 0.65 gram

a.       Berat debu dan liat   =  
=  
=   7.38
 ………………….(a)
b.      Berat liat  =  
=  
=  
=  
= 5.73  
= 5.23………………….(b)
c.       Berat Debu  =  Berat Debu dan Liat – Berat Liat.
=  6.88 – 5.23
1.65………………..(a – b)
            % Pasir =   
=   
=   
=  8.6 %
% Debu
=  0.219 * 100 %
=   21.9  %
% Liat   =    
=    
=    
=     
=  69.5 %